begitu rindang
seperti tautan dedaun yang menaungi tuai panas matari jerembab pada wajahmu yang memerah
juga meneduhi rimbun melulu!
semua mengisi bagai kucuran fatamorgana yang bermain dawai kesudahan pada ujung tapa di mayapada
hingga menepi pada sudut yang hentak seketika
relung nan suram pada kala yang dinanti
jumawa hanyalah titian kosong saat renjana berbekas luka mengetuk pintu hati yang membeku
membacakan bait kidung wedha pada altar berdebu
dan bermuram sembilu tanpa ujung kalut yang hendak digapai jua!
Engkaulah hati
yang padamu tertanam wicaraku
yang di dirimu sulam tanya memaku rindu
hingga sesudahnya
Apatah kau bersungguh lagi?